KRL JABODETABEK DARI MASA KE MASA
Barangkali masih lekat dalam ingatan
kita saat penumpang kereta rel listrik (KRL) berebut naik ke atap
kereta. Kini, suasana semacam itu tak lagi
terasa. PT Kereta Api Indonesia telah membenahi pelayanan KRL secara bertahap. PT KAI
menghadirkan layanan KRL commuter line yang semua gerbongnya
dilengkapi pendingin ruangan dan kursi yang empuk. Sistem pembelian
tiket juga tak lagi menggunakan kertas.
Stasiun I : Kereta Dari Masa Lampau
TAHUN 1925
Kereta
lokomotif listrik pertama buatan Belanda yang dikenal KA Bonbon mulai
beroperasi di Jakarta pada 1926 sampai 1976. Saat ini KA Bonbon
dipelihara di Balai Yasa Manggarai, Jakarta Selatan dan hanya
difungsikan untuk kegiatan tertentu. KA Bonbon merupakan cikal bakal
munculnya KRL.
TAHUN 1976
Kereta lokomotif listrik digantikan KRL dari Jepang.
TAHUN 1976 - 2006
Para
penumpang masih naik ke atas atap KRL ekonomi. Mereka berebut memanjat
ke atap gerbong lewat jendela. Pedagang juga bebas berjualan di dalam
gerbong kereta.
TAHUN 1976 - 2013
Kondisi
peron di sejumlah stasiun yang masih dipenuhi pedagang. Para pedagang
bebas berjualan, bahkan menggelar pasar tumpah di bantaran rel.
23 Maret 2009:
Pembenahan layanan KRL Jabodetabek diawali dengan pembelian 8 unit
kereta AC pertama seri 8500 yang kemudian dibentuk menjadi satu
rangkaian KRL. Saat itu, rangkaian KRL pertama ini dikenal dengan nama
Jalita, akronim dari Jalan-jalan Lintas Jakarta.
19 Mei 2009:
PT KAI membentuk anak perusahaan yang khusus mengoperasikan KRL AC.
Anak perusahaan ini diberi nama PT KAI Commuter Jabodetabek atau KCJ.
Tahun 2017, KCJ berganti nama menjadi PT KAI Commuter Indonesia (PT
KCI).
2 Juli 2011: Pola single operation mulai diterapkan. Pada pola ini, semua KRL AC, termasuk KRL ekspress mulai dilebur menjadi satu layanan yang diberi nama KRL commuter line. KRL commuter line wajib berhenti di setiap stasiun. Sebelum pola ini diterapkan, KRL ekspress hanya berhenti di beberapa stasiun.
5 Desember 2011: Pola operasi loop line
mulai diterapkan. Pada pola ini terdapat penyederhanaan rute KRL dan
mulai diterapkannya sistem transit. Dengan diterapkannya pola operasi loop line ini, tidak ada lagi KRL dari Bogor yang langsung ke Tangerang, ataupun KRL dari Serpong yang langsung ke Bekasi.
Desember 2012:
Mulai dilakukan penertiban terhadap keberadaan kios-kios pedagang liar
di area stasiun, baik di peron maupun halaman stasiun. Penertiban yang
dilakukan secara bertahap di seluruh stasiun di wilayah Jabodetabek ini
tercatat berlangsung hingga pertengahan 2013.
25 Juli 2013: Layanan KRL ekonomi di semua relasi dihapuskan sehingga seluruh perjalanan KRL di wilayah Jabodetabek dilayani oleh KRL commuter line. Seiring “hilangnya” KRL ekonomi, penumpang pun tak ada lagi yang naik ke atap kereta.
Stasiun II : Perubahan Tiket
1 Juli 2013:
PT KCJ menerapkan sistem tiket elektronik. Tiket elektronik ini
menggantikan tiket kertas yang sebelumnya digunakan. Ada dua jenis tiket
elektronik, yakni kartu single-trip untuk satu kali perjalanan dan kartu multi-trip (KMT) yang dapat digunakan untuk beberapa perjalanan selama saldo mencukupi.
22 Agustus 2013: PT KCJ memberlakukan uang jaminan Rp 5.000 pada kartu single-trip. Hal ini dilakukan menyusul banyaknya kartu single-trip yang tidak dikembalikan sehingga membuat PT KCJ merugi. Penerapan uang jaminan juga membuat istilah kartu single-trip diubah menjadi tiket harian berjaminan atau THB.
September 2015:
PT KCJ mulai mengembangkan jenis tiket yang biasa digunakan pelanggan.
Tidak hanya kartu, tiket juga berbentuk gelang, stiker, dan gantungan
kunci.
Januari 2016:
PT KCJ menyediakan vending machine untuk mengurangi transaksi di loket.
Dengan adanya mesin ini, penumpang bisa membeli tiket secara mandiri.
Mesin ini dapat melayani semua transaksi, mulai dari pengisian saldo
KMT, pembelian, dan pengembalian THB.
Referensi :
https://vik.kompas.com/transformasi-wajah-krl/
http://www.bumn.go.id/keretaapi/berita/2-Transformasi-Wajah-KRL